Profil Desa Pesalakan
Ketahui informasi secara rinci Desa Pesalakan mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Profil lengkap Desa Pesalakan, Kecamatan Kutowinangun, Kebumen. Mengulas potensi ekonomi teh kulit melinjo, data demografi, pemerintahan desa terbaru, serta program pembangunan dan infrastruktur. Sumber informasi akurat untuk masyarakat, akademisi dan inv
-
Inovasi Teh Kulit Melinjo
Desa Pesalakan memiliki potensi ekonomi unggulan yang unik berupa teh kulit melinjo, sebuah produk inovatif yang mengubah limbah pertanian menjadi minuman herbal bernilai jual tinggi dan berkhasiat.
-
Populasi Terkecil dengan Modal Sosial Kuat
Sebagai desa dengan jumlah penduduk paling sedikit di Kecamatan Kutowinangun (1.160 jiwa), Pesalakan memiliki keunggulan dalam modal sosial, di mana semangat gotong royong dan partisipasi komunitas menjadi motor penggerak pembangunan.
-
Pemerintahan Progresif
Di bawah kepemimpinan yang aktif, Pemerintah Desa Pesalakan gencar mendorong program pembangunan strategis, seperti pendirian koperasi desa, untuk memperkuat ekonomi kerakyatan dan secara transparan mengelola pemerintahan.

Desa Pesalakan, sebuah wilayah administrasi di Kecamatan Kutowinangun, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, menunjukkan geliat pembangunan yang berfokus pada pemanfaatan potensi lokal dan penguatan ekonomi kerakyatan. Kendati menjadi desa dengan populasi terkecil di kecamatannya, Pesalakan menyimpan potensi unik di sektor agribisnis dan didukung oleh semangat gotong royong masyarakat yang masih kental. Di bawah kepemimpinan pemerintah desa yang aktif, Pesalakan terus berupaya meningkatkan kesejahteraan warganya melalui berbagai program strategis dan inovasi.
Letak Geografis dan Batas Wilayah
Desa Pesalakan terletak pada posisi strategis yang menghubungkan beberapa wilayah kecamatan di Kabupaten Kebumen. Secara geografis, desa ini berada di dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 13 meter di atas permukaan laut, sebagaimana karakteristik wilayah Kecamatan Kutowinangun pada umumnya. Lokasinya yang berjarak sekitar 17 kilometer dari pusat kota Kabupaten Kebumen menjadikan aksesibilitasnya cukup baik.
Berdasarkan data pemetaan batas wilayah, Desa Pesalakan memiliki batas-batas administrasi yang jelas. Sebuah dokumen peraturan pemerintah daerah mengonfirmasi titik temu (simpul batas) wilayahnya. Di sebelah utara, Desa Pesalakan berbatasan langsung dengan Desa Jatipurus, yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Poncowarno. Di sisi barat, wilayahnya bersinggungan dengan Desa Roworejo, yang merupakan bagian dari Kecamatan Kebumen. Sementara itu, untuk batas di sebelah timur dan selatan, Desa Pesalakan bersebelahan dengan desa-desa lain yang berada dalam lingkup Kecamatan Kutowinangun.
Luas total wilayah Kecamatan Kutowinangun tercatat sebesar 33,73 km² (3.373 hektare). Meskipun publikasi dari Badan Pusat Statistik (BPS) belum merinci luas spesifik untuk setiap desa, informasi ini memberikan gambaran bahwa Pesalakan merupakan salah satu dari 19 desa yang membentuk kesatuan wilayah kecamatan tersebut.
Demografi dan Kependudukan
Menurut data kependudukan terbaru yang dirilis oleh pemerintah Kecamatan Kutowinangun, Desa Pesalakan dihuni oleh 1.160 jiwa. Jumlah ini menjadikan Pesalakan sebagai desa dengan populasi paling sedikit di antara 19 desa di seluruh kecamatan. Angka ini mencakup sekitar 2,44% dari total penduduk Kecamatan Kutowinangun yang mencapai 47.518 jiwa.
Dengan jumlah penduduk yang relatif kecil, struktur sosial masyarakat Desa Pesalakan cenderung lebih erat dan interaksi antarwarga terjalin kuat. Kepadatan penduduk desa belum dapat dihitung secara pasti karena data luas wilayah Desa Pesalakan secara spesifik belum dipublikasikan. Namun dengan status sebagai desa berpenduduk terkecil, dapat diasumsikan bahwa kepadatan penduduknya lebih rendah dibandingkan dengan desa-desa lain yang lebih padat di Kecamatan Kutowinangun, seperti Desa Kutowinangun atau Kuwarisan.
Struktur demografis ini menjadi modal sosial yang penting, di mana program-program pembangunan berbasis komunitas dan kegiatan gotong royong dapat berjalan lebih efektif. Sebagian besar penduduknya bekerja di sektor pertanian, selaras dengan kondisi geografis kecamatan yang didominasi oleh lahan sawah dan lahan kering.
Pemerintahan Desa dan Visi Pembangunan
Pemerintahan Desa Pesalakan saat ini dipimpin oleh Kepala Desa Purwanto, S.Pd. Di bawah kepemimpinannya, pemerintah desa menunjukkan komitmen kuat dalam mendorong partisipasi publik dan transparansi. Hal ini tercermin dari keaktifan pemerintah desa dalam menginformasikan berbagai kegiatan melalui situs web resmi desa, mulai dari rapat koordinasi, program pemerintah, hingga penanganan isu-isu terkini di masyarakat.
Salah satu fokus utama pembangunan yang terlihat dari aktivitas pemerintah desa pada tahun 2025 ialah penguatan fondasi ekonomi kerakyatan. Menindaklanjuti Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2025, Desa Pesalakan bersama desa-desa lain di Kecamatan Kutowinangun melaksanakan Musyawarah Desa Khusus (Musdesus) untuk mendirikan "Koperasi Desa Merah Putih" pada bulan Mei 2025. Langkah ini bertujuan untuk menciptakan lembaga ekonomi kolektif yang dikelola oleh dan untuk masyarakat, dengan harapan dapat menggerakkan potensi ekonomi lokal secara lebih terstruktur.
Selain itu, pemerintah desa juga aktif berkolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk dalam program "Gerakan Pangan Murah" yang dilaksanakan pada Maret 2025 untuk menjaga stabilitas harga pangan, serta sosialisasi dan pendataan sanitasi bekerja sama dengan dinas terkait. Tradisi lokal seperti "Kerigan" atau kerja bakti massal juga terus digalakkan, seperti yang terlihat pada kegiatan pembersihan area pemakaman pada Februari 2025, yang disebut oleh Kepala Desa sebagai cerminan budaya bangsa.
Potensi Ekonomi dan Sektor Unggulan
Sektor pertanian merupakan tulang punggung ekonomi Desa Pesalakan. Wilayah Kecamatan Kutowinangun sendiri memiliki lahan sawah seluas 1.435,71 hektare dan lahan kering seluas 1.937,29 hektare. Desa Pesalakan, sebagai bagian dari lanskap agraris ini, turut berkontribusi pada produksi komoditas pertanian, terutama padi dan tanaman palawija.
Namun, potensi paling unik dan menonjol dari Desa Pesalakan ialah inovasi di bidang agribisnis, khususnya pengolahan buah melinjo. Melinjo merupakan tanaman yang tumbuh subur di wilayah ini, tetapi pemanfaatannya sering kali belum optimal. Menjawab tantangan ini, sebuah inisiatif yang dipelopori oleh mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) bersama masyarakat lokal berhasil mengembangkan produk bernilai tambah, yaitu teh kulit melinjo.
Kulit melinjo, yang sebelumnya sering dianggap sebagai limbah atau hanya digunakan sebagai campuran sayur, kini diolah menjadi teh herbal. Berdasarkan kajian, kulit melinjo mengandung senyawa aktif seperti flavonoid dan polifenol yang berpotensi sebagai antioksidan dan dapat membantu menurunkan kadar asam urat. Program pemberdayaan ini melibatkan ibu-ibu PKK, Karang Taruna, dan para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Desa Pesalakan. Inovasi "teh kulit melinjo" ini tidak hanya meningkatkan nilai jual komoditas lokal, tetapi juga membuka peluang bagi Pesalakan untuk memiliki produk unggulan desa yang khas dan berdaya saing.
Infrastruktur, Aksesibilitas, dan Tantangan
Sebagai desa yang terus berkembang, Desa Pesalakan memiliki infrastruktur dasar yang cukup memadai, termasuk jalan desa, akses listrik, dan sarana pendidikan berupa Sekolah Dasar (SD) Negeri Pesalakan. Pemerintah desa juga aktif menghadiri sosialisasi dari dinas terkait, seperti program pendataan sanitasi melalui aplikasi Sirumah, yang menunjukkan adanya upaya berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas infrastruktur permukiman.
Meskipun demikian, desa ini juga menghadapi tantangan yang berkaitan dengan kondisi alam. Letaknya di dataran rendah dengan curah hujan tinggi membuat sebagian wilayahnya rentan terhadap bencana hidrometeorologi. Catatan peristiwa menunjukkan adanya kejadian tanggul sawah yang jebol akibat curah hujan tinggi pada Februari 2025 dan peristiwa tanah longsor yang pernah terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Kejadian seperti kebakaran rumah warga pada Mei 2025 juga menjadi pengingat akan pentingnya peningkatan kesiapsiagaan bencana dan infrastruktur keselamatan di tingkat desa.
Pemerintah desa dan masyarakat secara aktif merespons tantangan ini, salah satunya melalui budaya gotong royong atau "Kerigan" untuk membersihkan lingkungan dan memperbaiki fasilitas umum. Ke depan, penguatan infrastruktur mitigasi bencana, seperti perbaikan tanggul dan drainase, menjadi salah satu prioritas pembangunan untuk menjamin keamanan dan keberlangsungan aktivitas ekonomi warga.